Kalau Anda masyarakat Jakarta terutama pengguna transportasi umum Bus Transjakarta, pasti Anda cukup familiar dengan daerah ini. Sebagai sentra transit antar jalur Transjakarta, membuat kawasan ini selalu ramai saban waktu. Tapi dibalik keramaiannya, mungkin banyak yang belum tahu sejarah Jakarta tempo dulu dari kawasan ini.
Nama daerah ini berasal dari sebuah Gedung Belanda yang disebut Societeit Harmonie. Sebuah gedung Belanda yang dulu terletak di ujung jalan Veteran dan Majapahit. Gedung ini dulunya adalah tempat perkumpulan dan pesta orang Belanda khususnya para noni-noni Belanda. Pembangunannya diprakarsai oleh Gubernur Jenderal Reiner de Klerk pada tahun 1776. Sayangnya gedung ini dirubuhkan pada tahun 1985 dan kini hanya tinggal nama saja.
Walau gedung ini telah dihancurkan, tapi Anda dapat mengelilingi kawasan ini untuk merasakan suasana Jakarta tempo dulu.
2. Sarinah, Departemen Store Pertama di Indonesia
Mungkin kita cukup familiar dengan Mall Grand Indonesia, Central Park, Matahari, atau Ramayana. Tapi siapa sangka, berdiri sebuah mall di pusat kota Jakarta yang menjadi Departemen Store pertama di negeri ini.
Pernah mendengar Sarinah, Klikers? Yap, sebuah mall yang terdapat di kawasan Jalan Thamrin, Jakarta Pusat. Mall inilah yang menjadi cikal bakal banyaknya mall yang ada di Indonesia. Sarinah diambil dari nama seseorang yang cukup berjasa dalam kehidupan presiden pertama RI, Sukarno. Sarinah adalah seorang pengasuh Bung Karno yang buta huruf tetapi memiliki ketutulusan dan dedikasi yang tinggi untuk beliau. Maka, pada tahun 1962 didirikanlah Departemen Store ini dan diresmikan pada 17 Agustus 1967 oleh Sukarno sendiri.
Kini, tempat ini menjadi pusat trend dan kehidupan urban masyarakat ibukota. Tapi nuansa tempo dulu Jakarta masih kental kalau Anda berkunjung ke tempat ini. Buktikanlah, klikers!
Wah, kalau tempat yang satu ini pasti sudah mahsyur di semua masyarakat Jakarta juga Indonesia. Siapa yang tak kenal Pasar Senen. Suasana Jakarta tempo dulu masih lekat dan kental di tempat ini hingga kini. Tapi sudah tahukan Anda kalau Pasar Senen merupakan pasar Tertua yang ada di Jakarta?
Ya, pasar ini dibangun pada tahun 1735 oleh seorang tuan tanah yang juga arsitek bernama Yustinus Vinck dari lahan milik anggota Dewan Hindia bernama Corrnelis Chasteliein. Selain sebagai pasar tertua, pasar ini juga menjadi pasar pertama yang menerapkan sistem jual beli dengan menggunakan alat tukar uang.
Inilah salah satu tempat yang kental akan suasana Jakarta tempo dulu. Tak hanya sebagai pusat pasar, pada era pra kemerdekaan kawasan ini dulunya merupakan tempat berkumpulnya intelektual serta para pejuang bawah tanah dari Stovia. Mereka seperti Chairul Saleh, Adam Malik, Bunga Hatta, juga Bung Karno.
Selama lebih dari 300 tahun Pasar Senen mengalami perubahan. Kawasan pasar ini menyimpan banyak cerita dan sejarah di dalamnya. Kesini, Anda akan tetap merasakan suasana Jakarta tempo dulu, walau sudah terlewati zaman berzaman.
Menguak suasana Jakarta tempo dulu sebenarnya tak lepas dari kawasan kota tua dan sekitarnya. Berjalan sedikit dari kawasan itu, Anda akan menemukan satu kawasan perekonomian yang cukup tua. Glodok!
Sejak masa pemerintahan Hindia Belanda, kawasan ini dikenal sebagai pecinan terbesar di di Batavia. Mayoritas warga Glodok merupakan keturunan Tionghoa. Kini Glodok dikenal sebagai salah satu sentra penjualan elektronik yang besar di Jakarta.
Jauh sebelum Belanda membangun Batavia pada tahun 1619, masyarakat Tionghoa sudah tinggal di sebelah Timur muara Ciliwung tidak jauh dari pelabuhan itu. Mereka menjual kebutuhan primer bagi para pendatang yang singgah di pelabuhan.
Kalau tadi tempat yang familiar bagi pengguna transportasi umum Transjakarta, sekarang adalah tempat yang sangat familiar bagi pengguna KRL. Siapa tak tahu Stasiun Kota. Stasiun pemberhentian terakhir KRL ini menjadi tempat singgah siapa saja yang berkunjung ke Kota Tua Jakarta.
Tapi siapa sangka, dulunya stasiun ini dibangun hanya untuk merayakan 50 tahun kereta api di Hindia Belanda. Sejak itulah stasiun ini menjadi stasiun terbesar di ASEAN. Hingga kini stasiun ini tetap menyajikan suasana Jakarta tempo dulu dan menjadi destinasi wisata para fotografer karena keunikannya.
Mengunjungi Jakarta, tak lengkap rasanya bila tak melihat pangkal muasal ibukota Indonesia ini. Ke sini, Anda akan tetap menemukan indahnya romantika Jakarta tempo dulu diantara sisipan kapal-kapal yang berlabuh. Selamat datang di Pelabuhan Sunda Kelapa.
Pelabuhan ini merupakan salah satu pelabuhan tertua di Indonesia. Telah ada sejak abad ke-5 saat berada di bawah Kerajaan Tarumanegara. Namun pada abad ke-12 pelabuhan ini berpindah tangan menjadi milik Kerajaan Sunda. Saat itu pulalah pelabuhan ini mulai bertransformasi menjadi cikal bakal Kota Jakarta.
Suasana Jakarta tempo dulu dapat Anda lihat dari lingkungannya yang masih kental dengan nuansa Belanda. Menyusuri sepanjang kaawasan ini, Anda akan mengalami satu fase saat Jakarta dalam genggaman kerajaan di Nusantara.
Kota Tua dan Pelabuhan Sunda Kelapa adalah satu kawasan yang saling mendukung. Setelah Anda menyusuri eksotisme Jakarta tempo dulu dari tepian laut, mulailah melihat seperti apa pusat perdagangan Asia dahulu. Pada satu kota yang bangunannya bernuansa Eropa. Masyarakat menyebutnya Kota Tua Jakarta.
Kawasan Kota Tua Jakarta ini disebut juga Batavia Lama atau Out Batavia. Pada abad ke-16 dijuluki Permata Asia dan Ratu dari Timur karena dianggap sebagai pusat perdagangan untuk daerah Asia kerena lokasinya yang strategis dan sumber daya yang melimpah.
Masih dari kawasan yang sama, satu tempat yang pas untuk merasakan Jakarta tempo dulu adalah Menara Syahbandar. Sebuah menara yang dulunya menjadi bangunan tertinggi di Batavia pada abad ke-18. Selain menjadi menara tertinggi, keunikan lainnya juga kemiringan kurang lebih 2 derajat pada menara ini.
Dulunya menara ini berfungsi mengendalikan aktivitas kapal di pelabuhan Sunda Kelapa. Nah, kalau klikersmengetahui bahwa titik kilometer Kota Jakarta saat ini adalah Monas, maka pada masanya kilometer Nol Batavia adalah menara ini. Berkunjung kesini membuat suasana Jakarta tempo dulu cukup melekat karena bangunannya juga masih bangunan yang cukup lama.
0 Comments